Nasib pahlawan devisa asal Indonesia


Lagi-lagi kita dengar Tenaga Kerja Indonesia dibunuh, disiksa, diperas, dirodi, dihina, hingga sekarang dijual. capek dengernya? tidak sedikit juga yang merasakan bahwa harga diri indonesia ikut direndahkan dengan kejadian-kejadian itu.

 
Sebenarnya diantara semua pemberitaan yang menyedihkan dari tenaga-tenaga kerja kita diluar sana, banyak juga lho yang hidup bahagia dan makmur. Media massa yang memainkan peran, mereka pilih berita yang bisa melejitkan pembaca mereka. Udah lah ya, kita ga usah bahas media dulu, sekarang fokus ke masalah yang masih panas dibicarakan. 
 
Penembakan 3 TKI  dan penjualan organ-organ tubuh mereka 😦 sangat penyedihkan. belum pasti adanya, tapi kedepan sebagai generasi muda apa yang bisa kita lakukan? karena masalah ini akan terus bermunculan dan sy belum mendengar ada tindakkan tegas dari Pemerintah. Rumit dan dipersulit pasti sedang dihadapi Kedubes RI di Kualalumpur, saya yakin mereka merasakan hal yang sama. Masalah seperti ini selalu harus diselesaikan dengan kepala dingin jangan langsung emosi dan main tuduh bahwa kerja Kedubes kita disana lemah, kita tidak tahu mana yang benar. Informasi yang saya baca Polisi disana menembak karena ketiga orang itulah yang menyerang polisi-polisi duluan, dalam rangka mempertahankan diri mereka refleks menembak. Tapi banyak kejanggalan dari sana, kalau iya mereka menembak untuk pertahanan kenapa dari otopsi banyak sekali bekas peluru yang bersarang seperti diberedel. Cerita panjang dan berliku-liku itu sudah jelas, jadi kita tunggu aja hasil otopsi mereka.
 
Saya juga pernah bersekolah di Malaysia dan sempat menjadi TKI selama kurang lebih 2 tahun, dari sudut pandang dan pengalaman saya sangat banyak TKI dan TKW yang hidup dimimpinya. seperti mbak yang biasa membersihkan apartemen saya, (sebut saja mba Yeni) sudah lebih dari 5 tahun dia berkerja sebagai pembantu rumah tangga di Malaysia. Dari kerjaannya disana dia dapat membiayai anak-anaknya bersekolah hingga tahap S1 di universitas ternama negara yang terletak di Semarang. Mbak Yeni hanya sebagian kecil dari TKW yang mendapatkan peruntungannya di negri orang. Untuk saya bekerja disana memang sempat mendapatkan tekanan dan sedikit rasis, tapi masih dalam batas yang bisa ditolerir ko. Jadi tidak selamanya jadi TKI/TKW hidupnya dalam penyiksaan.
 
Malaysia sangat membutuhkan kita, begitu pula sebaliknya, untuk mendukung kerjasama bilateral antara kedua belah negara dibutuhkan kontrak kerjasama yang lebih baik dan tegas pada point HAM. Bagaimana pemerintah Indonesia boleh mengakses langsung tenaga kerjanya yang dikirim dan mereka yang telah ditempatkan kesana melaksanakan wajib lapor 1 kali dalam 1 atau 3 bulan. Dengan begitu kita terus dapat memantau perkembangannya. Bagi yang tidak melakukan wajib lapor langsung di deportasi kembali ke Indonesia dan segera menggantikannya dengan orang baru. Bilamana dalam jangka waktu yang ditentukan tenaga kerja yang kita kirim tidak ada kabarnya, kita bisa langsung datang ke tempat dia bekerja dengan ditemani kuasa hukum (migran care) bila perlu.
 
Banyak sekali caranya bila pemerintah dan PJTKI mau memaksimalkan peran mereka melindungi pahlawan-pahlawan devisa kita. Jadi bukan sekedar predikat semua semata. Tetap semangat dan jaya lah terus kawan-kawanku dsana.. 🙂 
Dengan kaitkata , , , ,

Tinggalkan komentar